“Tidakkah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Alam Nasyrah [94]:1-8)
Uraian tentang surat Al Qur’an (nomor 94) dengan judul sebagaimana tersebut di atas tidak bisa dipisahkan dari uraian tentang surat sebelumnya (Ad-Dluha). Saya telah mengulas surat 93 itu dalam tulisan sebelumnya yang berjudul, “Hapus Duka dengan Dluha”. Siapapun yang menghadapi kesulitan hidup, sebaiknya menyemangati diri dengan membaca dan menghayati dua surat tersebut dalam satu shalat agar badai cepat berlalu, atau tetap bersiul sekalipun ia dalam pusaran badai.
Pada tahun 1970-an, ribuan orang di masjid Mekkah bertakbir histeris, sebagai pengganti tepuk tangan, ketika pembaca Al Qur’an legendaris, Syekh Abdul Basith Abdus Shamad melantunkan surat Alam Nashrah di atas dengan lengkingan suara merdunya, “Tidakkah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.”
Beban apa yang dirasakan Nabi SAW (wizraka) sampai mematahkan punggungnya? Tidak lain adalah dosa manusia pada masa awal kenabian, meskipun Nabi tidak ikut melakukannya. Mereka tega mengubur hidup bayi berjenis kelamin wanita, menyembah patung batu dan saling menumpahkan darah hampir setiap hari. Tugas kenabian di tengah masyarakat yang terkenal membangkang dan arogan juga bagian dari beban berat Nabi. Di antara mereka memang ada yang menerima ajakan Nabi, tapi kebanyakan mereka orang miskin dan rendahan.
“Tidakkah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Sekarang, Nabi tersenyum ria setelah mendapat pertolongan Allah SWT. Banyak tokoh elit yang masuk Islam dan memberi dukungan penuh tugas dakwah Nabi SAW. Tidak hanya itu, Allah SWT juga mengharumkan namanya sejagat sampai hari kiamat.”.. dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.” Dalam semua ibadah, nama Nabi SAW selalu disebut setelah penyebutan nama Allah SWT, yaitu dalam ikrar syahadat, adzan, doa shalat dan sebagainya. Sehari saja Anda tidak menyebut namanya, Anda berubah menjadi kafir. Seorang penyair menyanjung Nabi SAW, “Oh Nabi, engkau pintu Allah. Tidak seorangpun bisa menjumpai-Nya, tanpa melalui gerbangmu.” (fa-anta babullah, ayyumri-in ataahu min ghairika la yadkhul).
Benar sekali, Allah menunjukkan bahwa tidak selamanya mendung itu kelabu. Untuk lebih meyakinkan Nabi SAW tentang hal itu, Allah SWT berfirman dan mengulangnya dua kali, “Maka sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Ayat di atas bisa diterjemahkan “Sungguh, sesudah kesulitan itu ada kemudahan” atau “Sungguh, di tengahkesulitan itu ada kemudahan.” Di tengah setiap penderitaan selalu terkandung mutiara indah, yaitu 3 K (Ketanggguhan mental, Kecerdasan dan Kedekatan kepada Tuhan). Tidak ada kesuksesan besar tanpa modal ketiganya. Tetap bersiullah sekalipun Anda sedang diterjang badai. Dengan badai itu, Allah sedang menyiapkan mental Anda untuk menjadi orang hebat.
Nabi SAW pernah harus makan dedaunan berbulan-bulan karena embargo bahan makanan oleh para pembencinya. Di tengah derita itu, Khadijah, istri yang paling setia mendampingi Nabi menerima wahyu serta memberi support dana perjuangan dipanggil selamanya oleh Allah?. Belum kering air matanya, datang lagi cobaan yang lebih berat. Abu Thalib, paman yang menyatakan siap mati untuk melindungi Nabi dari pelecehan dan kekejaman orang kafir juga meninggal dunia. Komplit sudah derita Nabi dalam setahun itu. Rupanya Allah sedang menyiapkan mental Nabi SAW untuk menerima anugrah besar. Dalam keadaan duka itu, ia diberi kehormatan luar biasa: menghadap Allah secara langsung di langit untuk isra’mi’raj.
Untuk menjadi orang besar, Nabi Yusuf harus merasakan bui selama tujuh tahun karena fitnah atau rekayasa jahat keluarga penguasa. Pengalaman serupa dialami oleh Hamka. Dalam penjara, ia mengatakan, “Andai saya hanya mengingat betapa kejinya kejahatan penguasa, saya bisa gila.” Tapi Hamka amat menikmati penjara itu. Baru lima hari dalam penjara, ia sudah menyelesaikan membaca Al Qur’an tiga kali. Selama dua tahun di balik terali besi, ia diberi kemudahan Allah membaca tuntas Al Qur’an lebih dari 150 kali. Tidak hanya itu, 28 Kitab Tafsir Al Azhar bisa diselesaikan.
Jika Anda mengagumi pengusaha sukses (al yusr), Anda perlu bertanya kepadanya berapa lama ia menderita (al ‘usr) sampai memperoleh kecerdasan usahanya. Bagaimana ia pantang menyerah dan harus bangkit dari kegagalan demi kegagalan (al ‘usr). Ada juga yang mengalami 100 kali kegagalan, dan baru berhasil (al yusr) ketika bangkit ke 101 kalinya. Seratus kegagalan itu lalu ditulisnya dalam sebuah buku yang mengantarkannya menjadi motivator kelas dunia.
Apakah Anda menyukai kopi luwak? Kopi itu menjadi mahal setelah ditelan luwak dan harus merasakan bercampur dengan kotoran luwak berjam-jam. Anda juga berhak menjadi orang sukses dengan usaha yang lebih lancar (al yusr) setelah merasakan badai demi badai. Bersenanglah sekalipun Anda sedang di perut luwak. Sebentar lagi Anda menjadi orang sukses dan nama Anda menjadi buah bibir. “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.”
Untuk kesuksesan, Anda harus menjadi pekerja keras dan disiplin. Selesaikan tugas atau pekerjaan dengan segera, agar Anda bisa menyelesaikan pekerjaan lainnya yang juga penting. Jangan sekali-kali menunda pekerjaan. Atau mengerjakannya tanpa keseriusan. Istirahat adalah sebuah keharusan, tapi jangan berlama-lama. Perhatikan firman Allah ini, “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu pekerjaan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (pekerjaan) yang lain,” Optimislah dalam meraih cita-cita. Yakinlah bahwa Allah pasti, pasti, pasti Maha Kuasa menolong Anda, lebih-lebih ketika Anda rukuk dan sujud lama dalam shalat. “Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” Jangan mengeluh. Jangan cengeng menghadapi sebuah kesulitan. Lebih tepat Anda menyebut kesulitan itu sebagai tantangan. Nikmatilah. Bersiullah sekalipun Anda sedang diterjang badai. Sebentar lagi mendung akan sirna, dan cahaya kesuksesan telah di ambang pintu.
0 comments: